PENGARUH PENDAPATAN
DAN PENDIDIKAN ORANGTUA TERHADAP MOTIVASI MENYEKOLAHKAN ANAK KE JENJANG
PENDIDIKAN YANG LEBIH TINGGI DI DESA BRANGKAL KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN
KLATEN
Usulan
Penelitian Untuk Skripsi S1
Program
Studi Pendidikan Akuntansi
Diajukan
oleh
Zenith Arfian Amurwandhini
NIM : A210140097
Program Studi : Pendidikan Akuntansi
Zenith Arfian Amurwandhini
NIM : A210140097
Program Studi : Pendidikan Akuntansi
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................................ 3
C. Batasan Masalah ............................................................................................................. 3
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 4
F. Manfaat/ Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 4
BAB II. LANDASAN
TEORI .............................................................................................. 5
A. Pendidikan ...................................................................................................................... 5
1. Pendidikan Orang Tua ............................................................................................. 5
2. Pengaruh Pendidikan Orang Tua terhadap Motivasi
Menyekolahkan Anaknya
Ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi .............................................................. 5
B. Pendapatan ...................................................................................................................... 6
1. Pendapatan Orang Tua ............................................................................................ 6
2. Pengaruh Pendapatan Orang Tua terhadap Motivasi Menyekolahkan
Anaknya
Ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi .............................................................. 8
C. Motivasi .......................................................................................................................... 8
1. Pengertian Motivasi ................................................................................................. 8
2. Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anaknya ke Jenjang
Pendidikan yang Lebih Tinggi 9
D. Kerangka Berpikir ........................................................................................................... 12
E. Hipotesis Penelitian ......................................................................................................... 12
BAB III. METODE
PENELITIAN ....................................................................................... 14
A. Desain Penelitian ............................................................................................................. 14
B. Definisi Operasional ........................................................................................................ 14
C. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................................... 15
D. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................................... 16
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 17
F. Validitas dan Reliabilitas ................................................................................................ 18
G. Teknik Analisi Data ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii
LAMPIRAN ........................................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. (Hasbullah, 2009: 2)
Tujuan pendidikan dalam Undang-Undang no.2 th 1989 tentang sistem pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan menduduki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dari sisi sosial, spritual, intelektual, maupun kemampuan profesional karena manusia merupakan kekuatan utama pembangunan. Dengan demikian, mutu pendidikan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan pembangunan. Pembangunan akan juga mempengaruhi perkembangan dengan mengelola pendidikan itu sendiri.
Sesuai dengan GBHN tahun 1993, pendidikan mempunyai fungsi yaitu: untuk mempersiapkan tenaga kerja bagi industrialisasi mendatang. Untuk penguasaan IPTEK. (Hasbullah, 2009: 136-137). Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan dari individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya.
Namun demikian, untuk sebagian orang walaupun pendidikan menjadi kebutuhan pokok tetap saja tidak bisa memenuhi, hal ini dikarenakan keterbatasan pendapatan. Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2008-2013, angka partisipasi sekolah kabupaten Klaten terjadi penurunan pada usia 13-18 tahun menjadi 77,77%, awalnya pada anak usia 7-12 tahun memiliki angka partisipasi sekolah sebesar 99,85%. Hal ini berarti, pada usia 13-18 anak tidak melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka memilih bekerja. Selain itu, rumah tangga miskin masih menganggap bahwa kebutuhan makanan sebagai kebutuhan utama dibandingkan dengan kebutuhan sekunder lainya. Kondisi ini sebagian besar berada dalam lingkup pedesaan, lain halnya dengan pola konsumsi keluarga mampu atau kaya mereka lebih mengutamakan pendidikan. Ini dikarenakan kebutuhan pokoknya yaitu sandang, pangan dan papan sudah terpenuhi.
Pada dasarnya keberhasilan pendidikan bukan saja karena peranan lembaga ataupun pemerintah, tetapi sektor utamanya adalah keluarga, karena pada dasarnya pendidikan dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan karena tugas utama dari keluarga mampu atau dapat memberikan motivasi yang baik terhadap pendidikan anaknya (Munib, 2004: 77). Motivasi itu sendiri merupakan dinamika dalam diri individu, merupakan pendorong sehingga motivasi merupakan faktor penting dalam kehidupan termasuk dalam pendidikan (Soekardjo, 1985: 12). Menurut Gerungan (2004: 152) motivasi adalah daya penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu dimana motiv memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku manusia.
Berdasarkan paparan di atas, diketahui bahwa kebanyakan dari penduduk tidak berpartisipasi atau gagal di tengah jalan (meninggalkan sekolah). Rintangan fisik, mental dan keuangan merupakan beban dari rumah tangga miskin. Sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah ini, sebab melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sangat penting untuk setiap generasi guna meningkatkan kemajuan bangsa.
Aulia Azizah (2012), terdapat beberapa faktor yang memotivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu pandangan hidup orang tua, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan pandangan prospek pendidikan yang cerah. Lain halnya dengan Rahma Susilowati (2012), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong orang tau menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi adalah rasa tertarik terhadap sekolah, perasaan senang, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orang tua.
Bertolak dari dasar teori di atas, dalam penelitian ini, sebagai faktor penduga memotivasi orang tua menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, sengaja dipilih faktor pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua, dengan berbagai alasan yang cukup mendasar.
Pendapatan merupakan sumber dari pembiayaan yang dilakukan baik oleh seseorang maupun keluarga. Menurut Kadariyah (1982: 26) pendapatan adalah penghasilan berupa upah atau gaji, deviden, keuntungan dan merupakan suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangka waktu tertentu umpamanya seminggu, sebulan, setahun dan jangka waktu yang lebih panjang. Guritno (1992: 60) menambahkan, pendapatan adalah segala macam uang yang diterima secara tetap oleh perorangan, keluarga atau organisasi misalnya upah, gaji, laba dan lain-lain.
Pendapatan itu sendiri digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Banyak pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh keluarga, antara lain untuk pakaian, makan, rumah atau tempat tinggal dan sebagian kecil untuk pendidikan. Khusus untuk pendidikan, besarnya pendapatan sangat menentukan kemampuan keluarga untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pendidikan merupakaan kebutuhan yang pokok bagi sebagian orang saja terutama bagi mereka yang berpenghasilan tinggi.
Zahara Idris (2009) mengatakan bahwa pengaruh tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor yang utama dalam masalah ini, karena masalah pendidikan orang tua selain membawa dampak positif pada dirinya, keluarganya, juga terhadap alam sekitarnya. Tingkat pendidikan orang tua yang berbeda-beda dari tidak tamat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sangat mempengaruhi motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka.
Bertolak dari paparan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dengan judul “Pengaruh Pendapatan dan Pendidikan Orang Tua terhadap Motivasi Menyekolahkan Anak ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Mayoritas orang tua siswa di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat SMP sehingga kebanyakan orang tua menginginkan anaknya untuk bekerja setelah mendapatkan bekal keterampilan dari sekolah sebelumnnya, namun tidak menutup kemungkinan sebagian orang tua siswa yang menginginkan anaknya melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Latar belakang penghasilan orang tua bersifat heterogen, bisa dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa sebagai besar wiraswasta, berdagang, petani, buruh bangunan, sebagian ada yang pegawai negeri dan swasta.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tidak semua permasalahan dijadikan masalah penelitian oleh peneliti karena terbatasnya waktu, tenaga, biaya dan kemampuan. Peneliti dalam penelitian ini hanya membatasi pada permasalahan tentang “Pengaruh Pendapatan dan Pendidikan Orang Tua terhadap Motivasi Menyekolahkan Anak ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten”.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah pendapatan orang tua berpengaruh terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten?
2. Apakah tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten?
3. Apakah pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
F. Manfaat/ Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teori
Untuk menambah referensi, literatur tentang pendapatan, tingkat pendidikan dan motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.
b. Bagi masyarakat, memberikan sumbangsih pemikiran khususnya bagi orang tua, agar mereka meningkatkan kesadaran tentang arti penting pendidikan bagi anaknya di masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendapatan
1. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua adalah penghasilan orang tua siswa berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. (Maftukhah: 2007). Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari. Sadono Sukirno (2008: 37) mengatakan bahwa pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, dan lain-lain.
Menurut Kadariyah (1982:26) yang dimaksud dengan pendapatan ialah penghasilan berupa upah atau gaji,deviden, keuntungan dan merupakan suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangkawaktu tertentu umpamanya seminggu, sebulan, setahun dan jangka waktu yang lebih panjang. Guritno (1992: 60) menambahkan, bahwa pendapatan adalah segala macam uang yang diterima secara tetap oleh perorangan, keluarga atau organisasi misalnya upah, gaji, laba dan lain-lain.
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Ekonomi pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain, seperti guru, kurikulum, alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan fungsi pendidikan, yang semuanya bermuara pada perkembangan peserta didik. Ekonomi merupakan salah satu bagain sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi, kognisi, dan keterampilan. (Made Pidarta, 1997)
Dari uraian tersebut, penulis dapat mendefisinikan pengertian pendapatan keluarga adalah hasil yang diperoleh suatu keluarga yang dinilai dengan uang yang diperoleh dengan cara melakukan usaha ataukegiatan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.
Pengaruh
Pendapatan Orang Tua terhadap Motivasi Menyekolahkan Anaknya ke Jenjang
Pendidikan yang Lebih Tinggi
Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari
sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau yang memberi
kekuatan. (Poerwodarminta, 2001). Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu
berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang,
dan rendah.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup
manisia untuk menempati peringkat kedua setelah kebutuhan pokok, terutama pada
pendidikan formalnya. Motivasi orang tua menyekolahkan anak ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh tingkat ekonomi yang diperoleh,
dalam hal ini adalah tingkat pendapatan orang tua, karena untuk melakukan hal
itu diperlukan dana guna membayar sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang pendidikan. Oleh karena itu orang tua harus mempunyai penghasilan
yang cukup untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
agar kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan terpenuhi.
Apabila pendapatan orang tua tinggi dalam artian tidak
mengalami kendala atau kesulitan dalam usaha pemenuhan berbagai macam kebutuhannya,
maka tidak akan mengalami kendala dalam membiayai anaknya dalam menempuh
pendidikan setinggi mungkin. Sehingga anak tidak akan merasa cemas atau khawatir tidak bisa membayar
biaya-biaya pendidikan. Sebaliknya jika kondisi orang tua tidak mendukung,
maka orang tua akan berfikir dua kali untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi pendapatan orang tua maka semakin
tinggi motivasi orang tua terhadap pendidikan anak. (Aswandi Bahar, 1989: 128).
Demikian pula sebaliknya, dengan pendapatan orang tua yang rendah maka motivasi
orang tua terhadap pendidikan anaknya jugarendah, karena dengan fasilitas yang
memenuhi artinya dengan biaya yang cukup orang tua akan lebih mendorong agar
anaknya dapat memperoleh pendidikan yang lebih baik sehingga dapat menjadi
bekal bagi anak dalam hidupnya dimasa yang akan datang.
B.
Pendidikan
1.
Tingkat
Pendidikan Orang Tua
Menurut
UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan
menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta,
rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan
keterampilan-keterampilan).
Menurut
UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia sepenuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampila, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.
Untuk
mencapai tujuan tersebut pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan
sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (non formal).
Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan
sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a. Pendidikan
prasekolah
Menurut PP No. 27 Tahun
1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik di luar
lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di
jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.
b. Pendidikan
dasar
Menurut PP No. 28 Tahun
1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya
sembilan tahun. Deselenggarakann selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga
tahun di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang
sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi
anggota masyarakat warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
c. Pendidikan
Menegah
Menurut PP No. 29 Tahun
1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan menengah adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi pendidikan dasar. Bentuk satuan pendidikan yang terdiri
atas: Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah
Keagamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.
d. Pendidikan
Tinggi
Menurut UU No. 2 Tahun
1989 dalam Kunaryo (2000), pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut
perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut atau universitas.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pendidikan orang tua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat dilihat dari
tahun sukses atau lamanya orang tua sekolah. Semakin lama orang tua bersekolah
berarti semakin tinggi jenjang pendidikannya. Contohnya, orang tua hanya
sekolah 6 tahun berarti hanya sekolah sampai SD berbeda dengan orang yang
sekolahnya sampai 12 tahun berarti lulusan SMA. Tingkat pendidikan yang pernah
ditempuh orang tua berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua
yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai dorongan atau motivasi yang besar
terhadap pendidikan anaknya.
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang
Tua terhadap Motivasi Menyekolahkan Anaknya ke Jenjang Pendidikan yang Lebih
Tinggi
Pengaruh
pendidikan orang tua merupakan faktor yang utama dalam masalah ini karena
pendidikan orang tua selain membawa dampak positif pada dirinya, keluarganya,
juga alam sekitarnya. Menurut Prof. Dr. Dedi Supriadi (2006: 167), semakin
tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin tinggi penghasilannya dan
semakin bersedia pula orang tua untuk mengeluarkan lebih banyak biaya untuk
pendidikan anaknya.
Tingkat
pendidikan orang tua yang berbeda-beda dari tidak tamat SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi, berarti juga kesejahteraan orang tua dan keluarganya relatif
tinggi atau sejahtera, sangat mempengaruhi motivasi orang tua dalam
menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula
terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan pendidikan anak-anaknya
lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka.
Zahara
Idris (2009) mengatakan bahwa pengaruh tingkat pendidikan orang tua merupakan
faktor yang utama dalam masalah ini, karena masalah pendidikan orang tua selain
membawa dampak positif pada dirinya, keluarganya, juga terhadap alam
sekitarnya. Tingkat pendidikan orang tua yang berbeda-beda dari tidak tamat SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sangat mempengaruhi motivasi orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap
pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan pendidikan anak-anaknya lebih
tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka.
C.
Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi
berasal dari kata “motiv” yang artinya segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut Ngalim Purwanto (1990: 71) motivasi adalah
“pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atautujuan. Motiv itu sendiri merupakan dinamika dalam diri
individu, merupakan pendorong sehingga dengan demikian motivasi merupakan
faktor penting dalam kehidupan termasuk dalam pendidikan (Soekardjo, 1985: 12).
Senada dengan hal tersebut, menurut Sumadi Suryobroto (1984: 70) yang dimaksud
motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan, dimana tiap-tiap
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang didorong oleh sesuatu dari dalam
diri orang itu sendiri.
Menurut
Gerungan (2004: 152) motivasi adalah daya penggerak lainnya yang berasal dari
dalam dirinya untuk melakukan sesuatu dimana motiv memberikan tujuan dan arah
kepada tingkah laku manusia. Senada dengan hal itu, Sardiman (2001: 71)
mengemukakan bahwa motivasi adalah daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Motivasi juga merupakan suatu proses yang dapat membimbing orang tua ke arah
pengalaman-pengalaman dan suatu saat dapat mengarakan perhatian mereka terhadap
suatu tujuan (Bahmadi Sutadipura, 2004: 85). Dari uraian tersebut maka dapat
dilihat bahwa dari diri manusia timbul berbagai motiv yang akan mendorong
manusia untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dari diri manusia mengandung
faktor penyebab yang melahirkan perbuatan, karena motiv adalah
kekuatan-kekuatan dalam diri manusia mengarahkan individu untuk berbuat maka
situasi tersebut dapat digolongkan menjadi dorongan dan kebutuhan.
Motivasi
itu sendiri timbul karena adanya sesuatu dorongan dalam diri manusia atau
seseorang sehingga manusia tersebut berusaha melakukan aktivitas atau tindakan
atau sikap tertentu baik dalam bekerja, belajar maupun kegiatan lainnya guna
mencapai tujuan yang diinginkan ataudikehendakinya. Selain itu, motivasi
mempunyai sifat selalu ingin mencari kepuasan untuk memenuhi sesuatu yang ada
dalam dirinya melebihi yang dicapai oleh orang lain. Dorongan itu sendiri
merupakan keadaan ketidak seimbangan dalam diri individu karena pengaruh dari
dalam atau dari luar dirinya yang mempengaruhi dan mengarahkan perbuatan individu
dalam rangka mencapai keseimbangan kembali. Dorongan yang ada dalam diri
manusia merupakan kekuatan dinamis yang besar pengaruhnya terhadap fikiran ,
perasaan dan tingkah laku seseorang. Orang akan mengalami puas apabila dorongan
itu terpenuhi.
2. Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak
Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dalam pendidikan anaknya. Timbulnya motivasi orang tua ditunjang oleh keserasian-keserasian yang ada didalam suatu keluarga (Soerjono Soekanto, 2004: 408). Keserasian-keserasian itu timbul dari adanya kedisiplinan dan pengertian orang tua mendidik anaknya. Kalau pada diri anak, orang tualah yang harus menanamkan agar anak berpengetahuan, sedangkan pada remaja orang tua harus memberikan pengertian melalui cara-cara yang dewasa.
Disini anak diajari untuk belajar menyerasikan antara fikiran dan perasaan. Selain hal tersebut, hal lain yang menumbuhkan motivasi orang tua adalah suasana keluarga yang positif dimana keluarga berada dalam suasana yang baik, kontak dan komunikasi orang tua dipelihara. Disini orang tua berperan sebagai tempat untuk berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasian-keserasian antara ketertiban, ketentraman dengan mengoptimumkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Motivasi orang tua itu sendiri merupakan dorongan orang tua yang timbul karena kemampuanya, dimana kemampuan orang tua karena kondisi sosial yang baik. Kondisi sosial keluarga meliputi kondisi ekonomi yaitu pendapatan dan kondisi sosial yang baik yaitu latar belakang pendidikan orang tua, harapan atau keinginan orang tua, cita-cita, lingkungan sekitar, dan teman sebaya. Oleh karena itu orang tua perlu meningkatkan pendapatannya agardapat menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi. Menurut Sumardi Suryabrata (1995: 87), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motiv-motiv (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Jenis-jenis motivasi, dari yang paling rendah ke yang paling tinggi menurut Maslow ( 2004: 250) adalah :
1) Kebutuhan untuk hidup, selamat, dan merasaaman, seperti ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain.
2) Kebutuhan sosial dan afiliativ, seperti berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok, dan lain-lain.
3) Kebutuhan pemuasan diri dan harga diri, seperti ingin dihargai, ingin dipercayai, dan lain-lain.
4) Kebutuhan ekonomi dan kekuasaan, seperti ingin dihormati oleh orang lain, ingin mensejahterakan keluarga dengan menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan lain-lain.
5) Kebutuhan mengaktualisasikan diri, seperti keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat dan ketrampilan, keinginan berprestasi, keinginan mencapai citi-cita dan sebagainya.
Manusia dalam melakukan aktivitas untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, tentu memiliki prioritas tertentu. Pada saat kebutuhan primer terpenuhi, orang akan berusaha memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin. Kebutuhan itu berasal dari diri sendiri seseorang yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhi semua kebutuhannya tersebut dapat mendorong dirinya untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali diri dengan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut. Motivasi intrinsik atau motivasi yang berasal dari diri seseorang dalam penelitian ini adalah motivasi yang berasal dari dalam diri orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Motivasi intrinsik berupa: a) Minat yaitu kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan faktor yang paling utama timbulnya motivasi. b) Keinginan atau harapan yakni sesuatu yang diharapkan supaya menjadi kenyataan dalam waktu atau tempo tertentu. Keinginan muncul bila ada niat. c) Cita-cita merupakan kehendak yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang di idam-idamkan.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motiv-motiv yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dariluar. Misalnya karena adanya pengaruh dari keluarga dalam hal ini orang tua, pengaruh dari teman sekolah maupun teman bergaul atau teman sebaya. Motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar diri orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena adanya dorongan dari teman, baik teman sekolah maupun teman bergaul atau teman sepermainan, dari tingkat pendidikan orang tua itu sendiri, dan dorongan dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Setiap manusia mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu berasal dari dirisendiri yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhisemua kebutuhannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali diri dengan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut. Faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya (Soerjono Soekanto, 2004: 494) adalah :
1) Pendapatan orang tua. Jika orang tua mempunyai pendapatan yang cukup untuk membiayai pendidikan anaknya, maka akanmerasa lebih tenang dalam menempuh pendidikan, sehingga motivasi mereka untuk mencapai citi–cita dan keinginannya menjadi lebih kuat.
2) Latar belakang pendidikan orang tua. Sebagian besar orang tua menginginkan pendidikan anaknya lebih tinggi dari mereka. Orang tua menginginkan kualitas kehidupan anaknya di masa yang akan datang jauh lebih baik dari yang sudah mereka dapatkan. Keinginan tersebut mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya sampai setinggi mungkin.
3) Lingkungan tempat tinggal, baik keluarga maupun lingkungan masyarakat. Suasana lingkungan keluarga dan masyarakat yang mendukung akan sangat mempengaruhi motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Jika kondisi tempat tinggal aman dan mendukung makamotivasi mereka untuk menyekolahkan anaknya juga tinggi. Hal ini berbeda jika lingkungan tempat tinggal mereka dihuni oleh sekelompok orang pengangguran, tingkat pendidikan rendah atau bahkan suka berbuat krimanal seperti berjudi, mabuk-mabukan dan lain-lain.
4) Faktor dari teman, baik teman sekolah maupun teman sebaya. Pengaruh teman sebaya mempengaruhi orang tua untuk memotivasi anaknya melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan paparan di atas, dapat digambarkan melalui kerangka berpikir berikut:
Penjelasan kerangka pemikiran:
a. Variabel bebas, variabel X adalah perekonomian (pendapatan) dan pendidikan orang tua.
Keterangan:
X1 = tingkat perekonomian (pendapatan) orang tua
X2 = pendidikan orang tua
b. Variabel terikat, variabel Y adalah motivasi menyekolahkan anak.
Keterangan garis:
Pengaruh
secara parsial
Pengaruh
secara simultan
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus di uji kebenarannya. Arikunto (2006 :71) mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan itu belum final, masih harus dibuktikan kebenaranya atau hipotesis adalah jawaban sementara. Hipotesis juga dapat dikatakan sebagai kesimpulan sementara suatu hubungan variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya sehingga hipotesis dapat dikatakan sebagai suatu prediksi yang melekat pada variabel yang bersangkutan. Meskipun demikian, taraf ketepatan prediksi sangat tergantung pada taraf kebenaran dan ketepatan landasan teoritis.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Pernyataan tersebut mengindikasi asumsi dasar yang melekat pada populasi yang bersangkutan. Mengingat adanya tiga hubungan seperti pada kerangka berpikir di atass, maka hipotesis dalam penelitian ini juga terdapat tiga buah, diantaranya:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pendapatan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sulistyo (2010: 12), data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data yang diperoleh melalui kuisioner warga di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Melalui pendekatan deskriptif, peneliti dapat menggambarkan bagaimana pengaruh pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan menggunakan tiga variabel, yakni variabel X1 (pendapatan), X2 (pendidikan orang tua) dan Y (motivasi menyekolahkan anak). Penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara pendapatan dan pendidikan orang tua terhadap motivasi menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
B. Definisi Operasional
1. Variabel Independen (bebas):
a. Pendapatan Orang Tua (X1): Penghasilan orang tua siswa berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan menurut Sumardi dan Evers (1984: 95) adalah :
1) Pekerjaan atau jabatan. Jenis dari suatu pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan disektor formal tidak sama dengan pendapatan disektor informal. Pekerjaan atau jabatan dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pekerjaan atau jabatan basah yaitu pekerjaan atau jabatan yang dianggap banyak memberikan dana kesejahteraan kepadapara karyawannya. Contohnya adalah pekerjaan pada kantor yang bernaung dibawah departemen-departemen keuangan, perdagangan, kejaksaan, dan lain-lain.
b) Pekerjaan atau jabatan kering yaitu pekerjaan atau jabatan yang dianggap memberikan dana kesejahteraan kepada karyawannya. Contohnya adalah pekerjaan pada kantor-kantor Depdikbud, agama, tenaga kerja, sosial dan lain-lain.
2) Pendidikan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan, semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, maka semakin tinggi pula pendapatan serta status sosial masyarakat tersebut.
3) Masa kerja. Hal ini berarti lamanya kerja mempunyai pengaruh kuat terhadap pendapatan pokok seseorang, maka semakin lama masa kerja seseorang makin banyak pula gaji yang mereka peroleh.
4) Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga kemungkinan dapat menambah pendapatan tetapi jumlah anggota keluarga juga dapat mengurangi pendapatan. Dikatakan menambah pendapatan jika anggota keluarga tersebut mempunyai penghasilan, jadi semakin besar keluargasemakin besar pula jumlah penghasilan yang diterima. Sebaliknya, jumlah anggota yang besar tidak menanbah pendapatan karena anggota keluarga yang tidak ikut bekerja mengakibatkan bertambahnya kesibukan orang tua untuk mengurus anaknya.
b. Tingkat Pendidikan Orang Tua (X2): Menurut Fuad Ihsan (2003: 18) “Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran”. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Variabel Dependen (terikat):
Motivasi Menyekolahkan Anaknya (Y): Dorongan orang tua yang timbul karena kemampuanya, dimana kemampuan orang tua karena kondisi sosial yang baik. Kondisi sosial keluarga meliputi kondisi ekonomi yaitu pendapatan dan kondisi sosial yang baik yaitu latar belakang pendidikan orang tua, harapan atau keinginan orang tua, cita-cita, lingkungan sekitar, dan teman sebaya. Menurut Sumardi Suryabrata (1995: 87), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motiv-motiv (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
c. Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motiv-motiv yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dariluar. Misalnya karena adanya pengaruh dari keluarga dalam hal ini orang tua, pengaruh dari teman sekolah maupun teman bergaul atau teman sebaya. Motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar diri orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena adanya dorongan dari teman, baik teman sekolah maupun teman bergaul atau teman sepermainan, dari tingkat pendidikan orang tua itu sendiri, dan dorongan dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Penelitian direncanakan akan berlangsung dari bulan Juli 2016 sampai Oktober 2016. Pemilihan Desa Brangkal sebagai objek penelitian karena di Desa ini sebagian besar warganya memilih anaknya untuk bekerja daripada melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua di Desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten yang menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Data berjumlah 276 kepala keluarga, namun hanya ada 182 yang berperan sebagai orang tua, selebihnya umur anak masih balita ataupun belum mempunyai anak.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling. Teknik penelitian ini dimaksudkan agar peneliti lebih mudah dalam pengambilan data. Data tersebut diperbolehkan untuk digunakan sebagai refleksi keadaan populasi secara keseluruhan. Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling. Teknik samplig ini dipandang peneliti dapat mempermudah pemilihan sampel secara acak namun atas dasar acuan tertentu. Acuan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan memilih secara acak dari daftar populasi yang diteliti.
Penentuan dalam ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar: 2000) sebagai berikut:
n = N
1+N(e)2
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan atau error sebesar 0.05 (5%)
Untuk mengetahui jumlah sampel yang diperoleh, maka dapat digunakan rumus berikut:
n = 182
1+{182(0,05)2}
n = 182
1+0,455
n = 126
Dengan demikian, sampel yang di ambil sebesar 126 orang dari para orang tua.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang berwujud datacatatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2002: 206). Alasan peneliti menggunakan dokumentasi adalah sebagai berikut:
a. Peneliti dapat mengambil data-data dari peristiwa masa lalu yang keberadaanya relevan.
b. Peneliti dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga karena data yang sudah ada merupakan dokumentasi yang tersusun denagn baik.
c. Tidak ada kesangsian dalam masalah lupa, kecuali jika dokumen itu hilang.
Kebaikan dari dokumentasi itu sendiri adalah: a. Dokumentasi sangat praktis dan mudah dilaksanakan, b. Dengan teknik ini, data cepat terkumpul, c. Tidak banyak megeluarkan waktu, tenaga dan biaya. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang berujud data catatan penting atau dokumen penting yang ada hubunganya dengan masalah yang akan diteliti dari lembaga yang berperan dalam masalah tersebut.
Disini peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data jumlah orang tua yang menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebagai obyek penelitian, di desa Brangkal Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.
2. Teknik Kuesioner
Angket atau Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan mengenai kondisinya atau hal-hal yang diketahuinya. (Arikunto, 2002: 128). Teknik ini mengumpulkan data dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun untuk mengetahui pendapatan dan pendidikan orang tua.
Tingkat pendapatan dan pendidikan dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tingkat pendapatan orang tua:
1) >= 2.500.000, diberi skor 5
2) 2.000.000 – 2.499.999, diberi skor 4
3) 1.500.000 – 1.999.999, diberi skor 3
4) 1.000.000 – 1.499.999, diberi skor 2
5) <1.000.000, diberi skor 1 (Sudarno dalam Weldiati, 2010)
b. Pendidikan orang tua:
1) Perguruan tinggi, diberi skor 5
2) SMA, diberi skor 4
3) SMP, diberi skor 3
4) SD, diberi skor 2
3. Teknik Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Arikunto, 2002: 136). Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah data yang didapat lebih jelas, tidak ada keraguan karena data berasal langsung dari responden. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan dalam pengukuran (Azwar, 1992:4). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. (Arikunto, 2002: 144). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Validitas sendiri dibagi menjadi dua yaitu validitas logis dan validitas empiris. Dikatakan validitas logis karena validitas diperoleh dengan usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga logika akan dicapai suatu validitas yang dikehendaki. Sedangkan validitas empiris adalah validitas yang berdasarkan pengalaman.
Sesuai dengan cara pengujiannya ada dua macam validitas yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah uji validitas internal. Alasan penulis menggunakan validitas internal karena untuk mencapai kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tetap. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang di gunakan valid atau tidak, maka r yang telah di peroleh ( r hitung ) dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5 % atau 95%. Apabila r hitung > r tabel maka instrumen valid dan apabila r hitung ≤r tabel dikatakan tidak valid. Untuk menguji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Korelasi Product Moment dari Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2010: 213) dengan rumus:
rxy
=
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
N : Jumlah subyek
∑XY : Jumlah perkalian skor butir
dan skor total
∑X : Jumlah skor butir
∑Y : Jumlah skor total
∑X2 : Jumlah kuadrat dari skor butir
∑Y2 : Jumlah kuadrat dari skor total
2. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Alat ukur yang baik selain memenuhi kriteria validitas, juga dituntut memenuhi kriteria reliabilitas. Instrumen dapat dikatakan reliabel bila mewujudkan skor yang stabil atau konstan. Menurut Sudjana (1990: 16-17) reliabilitas alat penelitian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suatu angket dikatakan reliabel atau mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika angket tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menguji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus koefisien Alpha dari Cronbach yang dikutip dari Suharsimi Arikunto (2010: 239). Adapun rumus Alpha adalah:
r11 = [
][
]
Keterangan :
r11 =
reliabilitas
k =
banyaknya butir/item
G. Teknik Analisis Data
Prosedur analisis merupakan usaha untuk menentukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang kita peroleh dalam penelitian. Tujuan analisis dalam penelitian ini adalah membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur, tersusun dan lebih berarti. Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah :
1. Uji
Asumsi Klasik dengan Multikolinieritas
Uji multikolonieritas dalam penelitian ini digunakan
untuk mengkaji ada tidaknya penyimpangan asumsi klsik multikolinieritas
antara variabel bebas dalam model
regresi, yang dilakukan dengan menyelidiki besarnya korelasi antar variabel
tersebut.
Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinieritas
pada suatu data dengan menggunakan variance Inflation Factor (VIF) dengan
ketentuan VIF kecil dari 5, Santoso dalam Dwi Prayitno (2008: 39)
Sedangkan untuk melihat pengaruh pendapatan dan
tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi menyekolahkan anaknya di gunakan
rumus regresi ganda, Riduwan dan Sunarto (2007: 108). Rumus persamaan regresi
ganda adalah:
Y =
a + b1X1 + b2X
Keterangan :
Y = di baca (y) topi, merupakan variable terikat (motivasi menyekolahkan
anaknya)
a = nilai konstanta
b1,b2 = koefisien regresi
X1 = variabel bebas (pendapatan orang tua)
X2 = variabel bebas (tingkat pendidikan orang tua)
2.
Pengujian hipotesis
a.
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat
digeneralisasikan). Dimana t tabel > t hitung, H0 diterima. dan
jika t tabel < t hitung, maka H1 diterima, begitupun jika sig > α (0,05), maka H0
diterima H1 ditolak
dan jika sig < α (0,05), maka Ho ditolak H1
diterima.
b.
Uji signifikan
simultan (Uji F)
Pengujian
hipotesis yang kedua yaitu regresi secara simultan (Uji F) digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas (pendapatan dan tingkat pendidikan) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (motivasi menyekolahkan
anaknya). F hitung di bandingkan dengan F tabel dengan menggunakan derajat
signifikan 5%, jika:
F hitung > F tabel, maka Ho ditolak
dan H1 diterima
F hitung < F tabel, maka Ho diterima
dan H1 ditolak
c.
Analisis dengan
menggunakan bantuan komputer yaitu dengan Statistik Produck and Service
Solution (SPSS) versi 17.0
SPSS
adalah program yang digunakan untuk mengolah data statistik. Dari berbagai
program oleh data statistik lainnya. SPSS meruakan yang paling banyak digunakan
dan diminati oleh para peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azizah, Aulia. 2012. “Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Anjir Muara Kota Tengah Kecamtan Anjir Muara Kabupaten Batola”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas IAIN Antasari
Azwar, Saifudin.
1992. Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Bahar, Aswandi.
1989. Dasar-Dasar Kepribadian.
Jakarta: Depdikbud
Bahmadi,
Sutadipura. 2004. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Rafika
Aditama
Guritno. 1992. Kamus Ekonomi, Bisnis, Pembukuan.
Yogyakarta : Andi Offset
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kadariyah. 1982. Analisa Pendapatan Nasional. Jakarta:
Bima Aksara.
Maftukhah. 2007. “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di Kabupten Pemalang”. (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
Munib, Ahmad. 2004.
Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:
UNNES Press
Purwanto, Ngalim.
1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Remaja Rosdakarya
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono.
2004. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekardjo. 1985. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Sudjana. 1990. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sumardi dan Evers.
1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.
Jakarta: CV Rajawali.
Supriadi, Dedi. 2006. Satuan Biaya Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Karya
Suryabrata,
Sumardi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Susilowati, Rahma. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya ke Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan di Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tirtaraharja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Weldiati. 2010. “Pengaruh Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA N Siak Hulu Kampar”. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Islam Riau
LAMPIRAN
ANGKET
A. Identitas responden
Nama =
Umur =
B. Pertanyaan
1. Pendidikan tamatan?
a. Perguruan tinggi
b. SMA
c. SMP
d. SD
e. Tidak tamat SD
2. Pekerjaan?
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Pedagang
d. Buruh
e. Dll (sebutkan)
3. Penghasilan perbulan?
a. >= 2.500.000
b. 2.000.000 – 2.499.999
c. 1.500.000 – 1.999.999
d. 1.000.000 – 1.499.999
e. <1.000.000
4. Berapa biaya yang dikeluarkan setiap bulannya?
Nama Kebutuhan |
Biaya yang diperlukan |
1. Kebutuhan sehari-hari |
Rp. |
2. Pendidikan |
Rp. |
3. Transportasi |
Rp. |
4. Lain-lain |
Rp. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar